Moda Transportasi Peninggalan Presiden Soekarno yang ada di Museum Angkut

Main Hall
Akhir tahun 2018 lalu saya dan keluarga berkesempatan untuk mengunjungi Museum Angkut yang lokasinya berada kota Batu, Malang. Sejak dibuka pada tahun 2014, museum ini sudah langsung ramai diperbincangkan. Saya yang sebagai warga Jawa Timur sepertinya beum afdol jika belum mengunjungi tempat yang digadang-gadang menjadi museum transportasi pertama se- Asia Tenggara dengan luas mencapai 3,8 Hektar ini.

Perjalanan ini merupakan rangkaian piknik akhir tahun kami dimana sehari sebelumnya kami sudah mengeksplore keindahan Gunung Bromo (link ulasannya ada disini). Sepulang dari Bromo kami menginap semalam di Kota Batu karena ingin mengeksplore Kota Batu keesokan harinya.

Kami tiba disana sudah menjelang sore hari sekitar pukul 16.00 WIB. Saat itu bertepatan dengan musim liburan dan sudah pasti pengunjung yang berdatangan kesana pun tidak sedikit. Harga tiket masuknya adalah Rp 100.000,-/per orang yang berbentuk tiket gelang. Jadi keren jika digunakan untuk foto bersama seperti ini.

Tiket Gelang masuk Museum Angkut
Sebelum memasuki museum, para pengunjung yang ingin bersantai terlebih dahulu sambil menikmati makanan dan minuman dapat singgah sebentar di area Pasar Apung Nusantara. Konsep pasar ini adalah pasar terapung yang dibangun di atas sungai, mirip dengan Floating Market di Lembang. Sore hari adalah saat yang cocok untuk menikmati suasana pasar ini sambil ditemani dengan pemandangan matahari terbenam. Selain makanan, di pasar ini juga dijual berbagai macam aksesoris cantik yang bisa dijadikan oleh-oleh. Namun, karena kami sudah tidak sabar untuk segera mengeksplore museum jadi kami hanya membeli camilan sambil berkeliling sebentar di area pasar.

Memasuki area utama atau Main Hall kami langsung disuguhkan dengan berbagai koleksi moda transportasi klasik seperti mobil, motor dan sepeda. Koleksi tersebut ada yang asli dan ada juga yang berbentuk miniatur replika yang ada di dalam lemari kaca. Semua koleksinya tertata rapi.

Koleksi Miniatur Mobil
Sembari berkeliling mata saya langsung tertuju pada banner besar dengan foto Presiden Soekarno yang dipajang di dinding. Saya penasaran dan kemudian mencoba mendekat. Disitu saya baru mengerti bahwa ternyata museum ini memiliki koleksi kendaraan presiden pertama Indonesia yaitu mobil Chrysler Windsor Deluxe tahun 1952. Keren! Saya pun langsung mengabadikan momen bersama Ibu saya untuk berfoto didepan mobil dengan latar belakang Presiden Soekarno yang sedang berorasi.

Chrysler Windsor Deluxe 1952
Di samping mobil tersebut juga terdapat sebuah helikopter dengan jenis Helli Bell-47J. Pada papan informasinya dijelaskan bahwa helikopter tersebut merupakan hasil barter atas seorang tawanan Amerika Serikat pada masa pemerintahan Presiden John F. Kennedy. Presiden Soekarno menukarkannya dengan beberapa alat transportasi termasuk salah satunya adalah mobil Limousine Chrysler Le Baron yang juga dipajang di museum ini tepat di seberang helikopter. Sungguh sebuah catatan sejarah bangsa bernilai tinggi yang dijaga begitu rapi di tempat ini.

Para raja jalanan yang menjadi saksi perkembangan moda transportasi darat dari masa lampau juga dapat kita temukan pula koleksinya area Main Hall. Mulai dari mobil Riley Monaco keluaran tahun 1932, Oldsmobile Super 88 keluaran tahun 1953, Ford dan Chevrolet keluaran tahun 60-an serta masih banyak lagi.  

Koleksi transportasi klasik roda dua juga tak mau kalah. Ikut dipajang disini salah satunya adalah motor Jawa keluaran tahun 70-an. Kemudian ada motor Velocette dari Inggris. Tak ketinggalan ada koleksi sepeda onthel keluaran pabrikan terkenal Royal Enfield.

Koleksi Sepeda Onthel

Sebelum berkunjung kesini, saya hanya penasaran dengan cerita orang-orang sekitar tentang Museum Angkut yang katanya bagus. Saya pun hanya berbekal melihat foto-foto postingan ootd di instagram. Ternyata, setelah berkunnung sendiri kesini saya dibuat sangat terkesima dengan puluhan bahkan mungkin mencapai ratusan koleksi transportasi klasik. Museum ini dibagi beberapa zona diantaranya Zona Batavia/Sunda Kelapa, Chinatown, Eropa, Istana Buckingham, Gangster Town & Broadway Street, Hollywood, Las Vegas, dan Runway 27 yang dikhususkan untuk zona transportasi udara. Masing-masing zonanya dikemas apik dengan tidak melupakan unsur edukasi sejarahnya.

Kami menghabiskan waktu kurang lebih 3 jam untuk mengelilingi semua zona tersebut . Namun rasanya masih kurang untuk lebih banyak berfoto di masing-masing sudutnya. Bagi saya, biaya masuk museum ini sangat worth it karena sebanding dengan apa yang disajikan didalamnya.

You Might Also Like

0 comments